Para ilmuwan hampir membuktikan bahwa kubus uranium yang mereka temukan adalah bagian dari program nuklir rahasia Perang Dunia II Jerman. Ternyata, Nazi mencoba mengembangkan senjata nuklir selama Perang Dunia II tersebut. Kubus uranium di laboratorium Washington ini mungkin merupakan bagian dari program rahasia itu.
Meskipun pada akhirnya Amerika Serikat yang berhasil mengembangkan dan menyebarkan bom atom pertama di dunia, tetapi jauh sebelum berakhirnya Perang Dunia II, sepertinya Nazi telah mengerjakan program setara, dengan harapan dapat menggunakan senjata nuklir tersebut untuk mengeklaim kemenangan atas Sekutu.
Penelitian yang mutakhir ini, merupakan upaya rahasia Nazi dalam mengembangkan bom atom, sebuah hasil yang dapat membalikkan Perang Dunia II jika saja berhasil. Untungnya, mereka gagal melakukan hal itu.
Salah satu dari sedikit peninggalan yang masih hidup dari era ini adalah apa yang dikenal sebagai 'kubus Heisenberg' yaitu blok uranium yang disimpan di Pacific Northwest National Laboratory (PPNL) yang telah lama dicurigai sebagai peninggalan dari program nuklir Jerman dan telah menjadi subjek studi ilmuwan selama beberapa dekade. Selain wawasan sejarah, kubus langka itu juga dapat digunakan sebagai perangkat pelatihan dalam upaya mencegah perdagangan gelap bahan nuklir modern.
"Bagian pertama dari penelitian ini sebenarnya untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin," kata Brittany Robertson dari Oregon State University kepada Vice. "Untuk benar-benar melakukan forensik nuklir, Anda harus memiliki beberapa pengukuran yang diidentifikasi, serta dapat menarik wawasan tentang apa yang Anda coba buktikan," terangnya.
Dia juga menambahkan,“Untuk memiliki wawasan itu, kami harus banyak membaca, baik dari perspektif sejarah, juga dari beberapa dokumen yang keluar dari deklasifikasi, atau surat-surat yang dirilis dan didigitalkan yang dipertukarkan antar ilmuwan.”
Menurut Jon Schwantes, ilmuwan senior di PNNL dan peneliti utama kubus uranium tersebut, mengatakan, “Meskipun sains itu menyenangkan dan menarik, ia memiliki aplikasi dunia nyata, mudah-mudahan hal ini dapat berguna untuk operasi ilmu forensik nuklir.”
Sejarah artefak ini sendiri, memberikan gambaran sekilas yang menarik mengenai adanya perlombaan nuklir antara Jerman dan AS pada saat itu.
Pada tahun 1945, ratusan kubus uranium milik Jerman telah disita oleh sekutu dalam misinya. Meskipun pada akhirnya, kubus-kubus tersebut sebagian telah menghilang entah ke mana. Banyak dugaan yang muncul bahwa kubus tersebut masuk ke dalam program nuklir milik Amerika.
Akan tetapi, lusinan kubus yang ditemukan oleh para peneliti dari berbagai koleksi, di antaranya mungkin berasal dari pusat penelitian Jerman pada masa perang yang dipimpin oleh Werner Heisenberg dan Kurt Diebner. Heisenberg adalah salah satu ilmuwan Jerman yang mengelola fasilitas di Berlin, sementara rekannya Diebner merupakan ilmuwan yang bekerja di Gottow. Keduanya diyakini oleh para peneliti adalah pemilik dari kubus-kubus tersebut yang dikirim melalui Departemen Energi AS ke laboratorium selama tahun 1990-an. Namun, secara resmi belum mereka konfirmasikan asal-usulnya.
Untuk menentukan apakah kubus itu benar-benar bagian dari program nuklir Nazi, para peneliti melakukan penanggalan radiochrometric padanya dan menemukan bahwa usianya konsisten dengan periode waktu yang diharapkan.
“Kami mendapatkan hasil awal hari ini—artinya Jumat, 20 Agustus—yang menunjukkan bahwa usia kubus kami konsisten dengan usia program nuklir Nazi,” kata Schwantes.
Upaya tambahan sekarang sedang dilakukan untuk mengonfirmasi dari laboratorium Jerman mana kubus itu mungkin berasal serta untuk melacak secara spesifik dari mana bijih uranium itu sendiri berasal.
"Ini adalah salah satu inti dari penelitian Ph.D saya, dan saya sangat bersemangat untuk berkontribusi di lapangan untuk mencoba memeriksa asal-usul geologis material tersebut," kata Robertson.
“Dengan memiliki beberapa jenis pengukuran yang berbeda dalam kumpulan elemen itu, kami dapat mempersempit setidaknya beberapa badan bijih, atau berpotensi menjadi satu badan bijih, yang akan sangat menarik,” tambahnya.
Pengetahuan ini telah membuka jendela baru untuk menyoroti program nuklir Nazi, yang memiliki tujuan dalam mengembangkan senjata pemusnah massal di hadapan pasukan sekutu. Untungnya, dikarenakan tidak memiliki cukup uranium yang menghasilkan plutonium sebagai hulu ledak, Heisenberg dan Diebner tidak pernah bisa memproduksi senjata nuklir yang dapat berfungsi.
Namun, Schwantes mengajukan kontrafaktual yang mengerikan, “bagaimana jika seandainya kedua ilmuwan Heisenberg dan Diebner memutuskan untuk bergabung dengan timbunan uranium mereka?”
“Saya pikir pertanyaan yang lebih menarik sekarang adalah apakah mereka akan menggabungkan upaya mereka dan menyatukan semua uranium itu,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment