Wednesday, June 1, 2022

Residu Berusia 2.400 Tahun Jadi Bukti Pemanfaatan Teh di Tiongkok


Teh menjadi salah satu jenis minuman yang sering dikonsumsi oleh manusia. Ternyata, sebelum menjadi minuman sehari-hari, teh pada awalnya digunakan sebagai penawar racun.

Dilansir dari Sci News, Shuya Wei seorang profesor dari Institut Warisan Budaya dan Sejarah Sains & Teknologi di Universitas Sains dan Teknologi Beijing dan tim mengatakan bahwa Tiongkok adalah negara pertama di dunia yang menemukan dan membudidayakan teh.

“Dalam legenda Tiongkok, teh pertama kali ditemukan sebagai penawar racun oleh Kaisar Shen Nung pada tahun 2737 SM, berdasarkan monografi pertama tentang obat herbal Tiongkok karya Shennong,” ujar Shuya Wei dan tim kepada Sci News.

Adapun penyebutan pertama penanaman teh terdapat di Xia Xiaozheng, almanak paling awal Tiongkok yang mencatat urusan pertanian tradisional, diperkirakan ditulis pada peridoe Negara-negara Berperang (Warring States) 475-221 SM. Menurut literatur, pada periode Musim Semi dan Musim Gugur (770-476 SM) teh telah digunakan sebagai sayuran dan pengorbanan

Pada periode Negara-negara Berperang dan awal dinasti Han Barat, baik budi daya, teknik pembuatan dan kebiasaan minum teh di provinsi Sichuan mulai menyebar ke tempat lain. Beberapa waktu lalu, para arkeolog telah menemukan sisa-sisa teh hangus dalam mangkuk dari makam periode Negara-negara Berperang di situs ibu kota kuno kerajaan Zhu. Adanya bukti fisik ini sangat penting untuk mengonfirmasi asal, perkembangan, fungsi, dan budaya teh.

“Karena sisa-sisa tanaman telah terkubur selama bertahun-tahun, sebagian besar telah membusuk atau hangus, sulit untuk menemukan sisa-sisa tanaman dalam penggalian arkeologis,” jelas para peneliti.

“Baru-baru ini sisa-sisa teh hangus berusia 2.400 tahun ditemukan dalam mangkuk yang digali dari makam No.1 di Xigang, di situs ibu kita kuno Kerajaan Zhu, di kota Zoucheng, provinsi Shandong. Jika sisa-sisa ini dapat ditentukan sebagai teh, itu akan menjadi bukti langsung teh diminum di zaman kuno,” lanjutnya.


Penemuan ini telah dipublikasikan pada laman Scientific Reports dengan judul The analysis and identification of charred suspected tea remains unearthed from Warring State Period Tomb pada 16 Agustus 2021. Dalam studi tersebut, Profesor Wei dan rekan penulis menganalisis sampel dari makam menggunakan FTIR atau Fourier transform infrared spectroscopy sebuah teknik untuk memperoleh spectrum inframerah dari penyerapan atau emisi zat padat, cair atau gas serta beberapa metode lainnya.

Mereka menggunakan teh dan residu teh modern sebagai sampel referensi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa sampel mengandung banyak kalsium fitolit yang dapat diidentifikasi sebagai teh dan spektrum FTIR-nya mirip dengan residu teh modern.

Tidak hanya itu, mereka juga mendeteksi kafein, senyawa metoksibenzena, asam organic dan beberapa senyawa lain baik dalam sampel kuno maupun residu teh modern. Para ilmuwan ini mengatakan sejak zaman kuno, orang-orang Tiongkok memiliki kebiasaan selalu minum teh.

“Tetapi tidak ada bukti fisik yang membuktikan kapan teh benar-benar muncul. Hingga ditemukannya teh di Makam Han Yangling yang membuktikan bahwa teh Tiongkok memiliki sejarah setidaknya 2.150 tahun dan telah mendapatkan pengakuan dari Guinness World Records sebagai teh tertua di tahun 2016,” jelas para ahli.

“Identifikasi sisa-sisa teh di Zoucheng—tahap awal Negara-negara Berperang sekitar 2.400 tahun yang lalu—telah memajukan asal-usul teh hampir 300 tahun,” tambahnya.

Lebih lanjut, adanya penemuan teh di dalam mangkuk kecil memberikan bukti tambahan tentang penggunaan teh. Berdasarkan hasil penelitian mereka, didapati bahwa budaya minum teh mungkin dimulai sejak periode Negara-negara Berperang.

No comments:

Post a Comment