Transhumanisme adalah ambisi purba kita untuk dapat hidup selamanya. Sekilas menggiurkan, padahal kondisi itu sebetulnya jauh lebih buruk daripada kematian.
Episode Westworld berjudul “The Riddle of the Sphinx” rasanya patut dinobatkan sebagai episode terbaik di season kedua serial fiksi ilmiah tersebut. Karakter Bernard digambarkan bertemu kembali dengan Elsie (yang terakhir kali kita lihat pada season pertama), dan memahami latar belakang lahirnya proyek taman hiburan Delos sesungguhnya.
Faktor yang membuat terpukau pada episode ini berkat adanya sindiran tajam terhadap dunia modern yang sangat mengandalkan teknologi. Selain itu, sepertinya baru serial TV Westworld yang secara gamblang menggambarkan problem etis wacana transhumanisme, alias kepercayaan bahwa manusia bisa hidup abadi di masa depan lewat bantuan teknologi.
Dalam episode tersebut, kita bisa melihat keseharian James Delos—seorang miliarder pemilik Westworld—seperti bersepeda, merokok, masturbasi, hingga mendengarkan lagu rock era 1970-an di sebuah ruangan berwarna putih.
Ternyata, orang yang kita lihat ini bukan Delos asli, melainkan kloningnya. Delos yang asli sudah mati, dan pikirannya disalin ke mesin. Tapi semua salinannya tidak berfungsi dengan baik.
Kloningnya dibakar setiap kali Delos gagal dalam sesi wawancara. Delos palsu sudah dibuat dan dibunuh ratusan kali selama berpuluh-puluh tahun. Delos memutuskan untuk turut berperan dalam eksperimen ini agar dia bisa hidup abadi, tetapi kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan.
Transhumanisme adalah gerakan intelektual yang meyakini manusia mampu mengatasi keterbatasan fisik dengan mengadopsi teknologi sampai akhirnya hidup abadi. Jenis teknologi yang digambarkan dalam episode 'The Riddle of the Sphinx' adalah landasan transhumanisme—sebuah proses yang dapat mengunggah kesadaran kita ke mesin di masa depan.
Episode 'The Riddle of the Sphinx' menekankan jebakan dari transhumanisme sekilas bisa meningkatkan kualitas hidup manusia. Selama ini kita berasumsi teknologi yang maju akan membuat dunia jadi lebih baik. Padahal, tidak peduli secanggih apa teknologinya, manusia cenderung memiliki niat jahat dan mengacaukan segalanya karena menyalahgunakan teknologi untuk kepentingan pribadi.
Lihat saja apa yang terjadi pada Facebook. Platform media sosial yang awalnya diciptakan demi menghubungkan penduduk dunia, kini berujung jadi mesin penebar kebencian.
Pembelahan atom yang bisa menghasilkan energi baru malah disalahgunakan menghasilkan senjata nuklir. Smokestack atau cerobong memang berfungsi untuk melindungi kota dari asap berbahaya, tapi gas limbahnya memicu terjadinya hujan asam.
Bukan berarti kita menentang konsep ini atau menghalangi transhumanis dalam bereksperimen. Kita hanya ingin menegaskan, hidup abadi tidak seindah kedengarannya jika kita masih menggunakan teknologi secara tidak bertanggung jawab.
Episode terbaru Westworld seakan mengingatkan bahwa ada bencana yang menunggu di balik kecerobohan kita. Dan seiring bertambah majunya teknologi, kita bisa memasukkan pikiran kita ke dalam mesin.
No comments:
Post a Comment