Wednesday, December 1, 2021

Ditemukan, Fosil Penghubung Manusia dan Kera di Saudi Arabia

 

Tim peneliti Universitas Michigan menemukan fosil berusia 29 juta tahun di Arab Saudi.

Hingga kini, ilmu pengetahuan masih mematok bahwa manusia berasal dari kera. Padahal jenis kera-kera tersebut adalah hewan yang tak dapat berkompetisi atau beradaptasi dengan lingkungan Bumi yang kadang ekstrim, lalu kemudian mereka pun punah. Namun kita juga harus mempunyai pikiran terbuka dalam hal ini kepada para peneliti tersebut.

Seperti tim peneliti atau ilmuwan ini, menemukan tengkorak binatang berusia 29 juta tahun yang diduga sebagai nenek moyang monyet purba dan bangsa kera, manusia.

Tim peneliti Universitas Michigan menemukan fosil ini di Arab Saudi. Seperti dimuat laman jurnal Nature, fosil primata tersebut diberi nama Saadanius hijazensis.

Fosil Saadanius hijazensis

Menurut ketua tim peneliti, Dr William Sanders dari Universitas Michigan, temuan ini luar biasa. Tengkorak yang sebelumnya tak diketahui spesiesnya ini punya beberapa fitur yang dimiliki monyet purba dan kera, juga manusia.

“Saadanius dekat dengan nenek moyang kita (manusia),” kata Sanders, seperti dimuat laman BBC. “Jika kita mengetahui tentang periode waktu dan kondisi hidup mahluk ini, kita mungkin akan menemukan apa yang membuat evolusi kera dan manusia berbeda,” tambah dia.

Fossil binatang berusia 29 juta tahun yang diduga sebagai nenek moyang monyet purba dan bangsa kera, Saadanius hijazensis.

Dr Sanders menjelaskan, bahwa Saadanius bahkan mungkin telah menjadi nenek moyang bersama yang menghubungkan manusia dengan monyet purba.

“Tapi mungkin ada sederet makhluk di kala itu yang mirip dan salah satu dari mereka menjadi nenek moyang kita,” tambah dia.

White Faled Capuchin (cebus capucinus malpa)

Sanders menambahkan, para peneliti harus lebih melakukan eksplorasi dan mengumpulkan banyak data, sebelum membuat klaim yang lebih besar.

Meski demikian, fosil yang ditemukan tetap mengindikasikan bahwa primata tersebut tampak sangat mirip dengan monyet modern, Capuchin. Namun, ukurannya sedikit lebih besar, seperti Siamang.

Dari fosil tersebut, diketahui bahwa primata tersebut masih menggunakan empat kaki untuk berjalan di pohon.

Ketika sedang beristirahat, struktur tulang primata tersebut kemungkinan besar berbaring di pohon daripada duduk tegak di tanah.

Penemuan terbaru ini menunjukkan bahwa perbedaan evolusi kera dan monyet purba terjadi lebih cepat dari prediksi sebelumnya, 30-35 juta tahun.

Kini para peneliti membuat perkiraan baru yakni 29 juta tahun lalu. Ini lebih dekat dari perkiraan para ilmuwan, tapi tak mengejutkan bagi sudut pandang palaeantologi. (Nature/BBC/vivanews/icc.wp.com)

https://indocropcircles.files.wordpress.com/2012/08/4066f-11536_a_baby1517.jpg

No comments:

Post a Comment