Sebuah patung perunggu langka asal Larantuka, Flores, hilang secara misterius pada tahun 1977. Berdasarkan laporan harian The Australian, Jumat (19/9), patung itu sekarang berada di Galeri Nasional Australia.
Patung yang merupakan gambaran seorang perempuan sedang menentun sambil menyusui bayinya itu diperkirakan hilang pada 1977. Sebelum hilang, seorang fotografer mengabadikan patung tersebut dalam genggaman wanita Flores.
Hingga kemudian, entah bagaimana caranya benda antik itu lalu diketahui berada di tangan seorang kolektor asal Swiss.
Tahun 1996, foto patung perunggu langka bersama seorang wanita Flores itu dipublikasikan dalam buku Fragile Traditions, Indonesian Art in Jeopardy karangan Michael Taylor, kini Direktur Program Sejarah Kebudayaan Asia di Smithsonian.
Tahun 2006, Galeri Nasional Australia membelinya dengan harga 4 juta dollar AS.
Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) meminta pemeritah segera bertindak menyikapi adanya kasus patung perunggu langka asal Larantuka ini.
Pakar benda cagar budaya University of Queensland, Patrick O\'Keefe, menilai bahwa Galeri Nasional Australia seharusnya melakukan cek kepada galeri seni dan pemerintah Indonesia sebelum memutuskan membelinya.
Bertahun-tahun dipamerkan di Galeri Nasional Australia, tak ada yang sadar bahwa patung itu adalah patung perunggu langka asal Larantuka yang hilang. Hingga akhirnya penyelidikan The Australian mengungkapnya.
Jhonahes Marbun, Koordinator Madya, mengatakan, berdasarkan Pasal 20 UU 11/2010 tentang Cagar Budaya, pemerintah bertanggung jawab untuk meminta benda cagar budaya yang berada di luar negeri.
"Artinya, pemerintah harus melakukan langkah konkret dan strategis antarnegara terkait benda cagar budaya yang dulunya hilang atau dicuri," ungkap Joe saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (25/9).
Kembalikan ke Indonesia
Joe mengatakan, Pemerintah Indonesia bisa mengontak pihak Galeri Nasional Australia dan pemerintah setempat untuk mengupayakan pengembalian warisan budaya yang sangat berharga itu.
Joe menambahkan, adanya patung perunggu di Australia juga wajib jadi momentum kerja sama budaya kedua negara.
"Untuk mengidentifikasi benda-benda budaya lain milik Indonesia yang ada di lembaga Australia, terutama yang tidak jelas asal dan kepemilikannya," katanya.
Semestinya, patung perunggu Larantuka bisa kembali ke Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah berpengalaman mengembalikan artefak budaya lain, di antaranya kitab penting Kerajaan Majapahit Negarakertagama.
No comments:
Post a Comment