Dalam mitologi Yunani, ada sebuah kisah yang sangat terkenal mengenai sosok Cronus atau Kronos. Kisah ini menarik karena menyebut Cronus tega memakan atau menelan anak-anaknya sendiri demi menghindari ramalan buruk ayahnya dan demi melindungi kekuasaannya.
Cronus adalah dewa waktu yang kekal. Ia menikahi Rhea, putri dari Uranus dan GÆa. Mereka memiliki tiga putra: Aides (Pluto), Poseidon (Neptune), Zeus (Jupiter), dan tiga putri: Hestia (Vesta), Demeter (Ceres), dan Hera (Juno).
E.M. Berens dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Mitologi dan Legenda Yunani & Romawi, menyebut bahwa Cronus takut suatu hari anak-anaknya akan bangkit melawan kekuasaannya dan membuktikan prediksi ayahnya, Uranus. "Untuk mencegah hal tersebut, Cronus menelan setiap anaknya segera setelah mereka lahir yang mengakibatkan kesedihan dan kemarahan yang amat sangat pada istrinya, Rhea," tulis Berens.
Ketika Zeus sang anak keenam dan terakhir lahir, Rhea memutuskan untuk menyelamatkan anaknya untuk dicintai dan dihargai. Rhea meminta nasihat dan bantuan kepada orang tuanya, Uranus dan GÆa. Sesuai dengan nasihat mereka, Rhea membungkus sebuah batu dalam pakaian bayi, dan Cronus, secara tergesa-gesa dan bersemangat menelannya tanpa menyadari penipuan tersebut. Zeus kemudian dapat terselamatkan.
Khawatir keberadaan Zeus diketahui Cronus, Rhea diam-diam mengirim Zeus yang masih bayi ke Crete, di mana ia dipelihara, dilindungi, dan dididik. Seekor kambing suci bernama Amalthea menggantikan posisi ibunya menyediakan susu, peri bernama Melissae memberinya madu untuk makan, dan elang serta merpati membawakannya nektar dan ambrosia. Zeus terus bersembunyi di sebuah gua yang berada di tengah-tengah Gunung Ida, dan Curetes atau pendeta-pendeta Rhea, secara terus menerus membuat suara di pintu masuk gua dengan cara memukulkan perisai mereka secara bersama-sama yang bertujuan untuk menakuti para penyusup dan menenggelamkan suara tangisan Zeus.
Di bawah asuhan yang sangat baik dari para peri, Zeus berkembang dengan cepat, perkembangan kekuatan fisik yang besar dikombinasikan dengan kearifan dan kecerdasan luar biasa. Tumbuh dewasa, ia bertekad untuk memaksa ayahnya mengembalikan saudara-saudaranya.
Zeus dibantu Dewi Metis berhasil membujuk Cronus untuk minum ramuan yang membuatnya memberikan kembali anak-anak yang sudah ditelannya. Batu yang telah menggantikan Zeus ditempatkan di Delphi, di mana batu tersebut dianggap sebagai peninggalan suci.
Cronus sendiri begitu marah. Perang antara ayah dan anak menjadi tidak terelakkan. Pasukan Cronus berada di sekitar dua gunung terpisah di Thessaly, sedangkan Zeus dengan saudara-saudaranya mengambil tempat di atas Gunung Olympus, di mana dia juga dibantu oleh Oceanus dan para Titan yang telah meninggalkan Cronus sebagai akibat penindasannya.
Cronus dan para saudaranya, para Titan yang masih setia, menguasai Gunung Othrys, dan siap untuk bertempur. Pertempuran berlangsung lama dan sengit. Zeus yang hampir kalah teringat tentang keberadaan para Raksasa di penjara, dan berpikir bahwa mereka akan dapat memberikan bantuan yang kuat.
Zeus bergegas untuk membebaskan mereka. Dia juga meminta bantuan Cyclops (putra Poseidon dan Amphitrite), yang hanya memiliki satu mata di dahi mereka, serta Brontes (Petir), Steropes (Kilat), dan Pyracmon (Api-Landasan). Mereka segera menanggapi panggilan Zeus dan membawa petir yang luar biasa besar, lalu Hecatoncheires dengan ratusan tangannya melemparkan petir tersebut kepada musuh, dan pada saat yang bersamaan menciptakan gempa bumi yang hebat yang menelan dan menghancurkan semua yang menentang mereka.
Dibantu oleh sekutu baru dan kuat, Zeus membuat marah musuh-musuhnya. Begitu luar biasanya pertempuran ini sehingga dikatakan bahwa alam semesta berdebar dikarenakan upaya yang begitu besar dari dewa langit. Air laut naik setinggi pegunungan dan ombak kemarahan yang besar mendesis dan berbusa; bumi berguncang sampai ke
dasar-nya, langit bergemuruh, dan kilatan-kilatan tanpa henti membawa petir yang mematikan, sementara kabut menyelimuti dan membutakan Cronus dan sekutu-sekutunya.
Nasib mulai berubah, kemenangan menghampiri Zeus. Cronus dan tentaranya benar-benar digulingkan, saudara-saudara Cronus dikirim ke dunia bawah yang suram, dan Cronus dibuang dari kerajaan dan kehilangan kekuasan tertinggi untuk selama-lamanya.
Zeus menggantikan Cronus menjadi penguasa tertinggi. Perang ini disebut Titanomachia, dan merupakan perang yang diuraikan paling jelas oleh penyair klasik. Kekalahan Cronus dan dibuangnya dia dari kerajaan, mengakhiri kariernya sebagai seorang dewa Yunani. Cronus dianggap masih ada karena keabadiannya, meskipun tidak lagi memiliki pengaruh atau otoritas, dan tempatnya diisi oleh keturunan dan penggantinya yaitu Zeus.
Cronus digambarkan sebagai orang tua yang bersandar pada sebuah sabit besar, dengan jam pasir di tangannya. Jam pasir melambangkan saat-saat yang cepat berlalu, sabit besar adalah lambang waktu, yang habis menebangi masa lalu.
No comments:
Post a Comment