Dua belas tahun lalu, Pluto kehilangan status planetnya. Dan sejak saat itu, perdebatan tentang keputusan tersebut terus berlanjut.
Sekarang, sekelompok peneliti mengatakan bahwa pencabutan status planet dari Pluto adalah hal yang tidak valid. Mereka meminta agar Pluto dikategorikan sebagai planet lagi.
Pluto secara resmi dideklasifikasi sebagai planet oleh International Astronomical Union pada Agustus 2016 lalu. Ini dilakukan setelah sekelompok astronom memperbarui persyaratan planet, menambahkan kriteria ketiga, yang tidak dimiliki Pluto.
“Objek angkasa yang (a) mengorbit Matahari, (b) memiliki massa yang cukup untuk gravitasinya sendiri sehingga memiliki bentuk bulat, dan (c) tidak ada benda langit lain di sekitar orbitnya.”
Yang dimaksud dari kriteria ketiga adalah: objek harus menjadi yang paling dominan di jalur orbitnya dan memiliki massa cukup untuk merekrut atau menabrak batuan angkasa lain di wilayah sekitarnya.
Meski Pluto berhasil memenuhi syarat pertama dan kedua untuk menjadi planet, namun orbitnya tidak cukup kosong karena berbagi dengan benda-benda langit di sabuk Kuiper.
Perdebatan baru
Kini, sebuah studi terbaru mengklaim bahwa kriteria ketiga tersebut tidak didukung oleh literatur ilmiah.
Setelah meninjau penelitian dari 200 tahun ke belakang, sekelompok peneliti di University of Central Florida, hanya menemukan satu publikasi yang menggunakan syarat ‘orbit kosong’ untuk mengklasifikasikan planet.
Oleh sebab itu, menurut mereka, penurunan status Pluto menjadi planet kerdil, didasari pada alasan yang tidak benar.
“Definisi planet dari IAU selama ini ternyata menggunakan konsep yang tidak pernah digunakan astronom lain dalam studi mereka,” kata Philip Metzger, pemimpin penelitian.
“Itu definisi yang ceroboh. Mereka tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan mengosongkan orbit. Jika Anda benar-benar mengikuti kriteria itu, maka tidak aka nada yang namanya planet di antariksa. Sebab, tidak ada planet yang orbitnya benar-benar kosong,” tambahnya.
Ketika IAU melakukan perubahan definisi pada 2006, mereka memaparkan bahwa orbit kosong adalah standar yang digunakan para ilmuwan untuk membedakan asteroid dengan planet.
Namun, tinjauan Metzger dan timnya menunjukkan sebaliknya: hanya ada satu penelitian dari 1802 yang mengusulkan kriteria tersebut. Sisanya, tidak ada.
“Menurut kami, itu adalah klaim sejarah yang palsu. Tidak tepat menerapkannya pada Pluto,” kata Kirby Runyon dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory yang juga terlibat dalam penelitian.
Tim ini berpendapat bahwa planet harus didefiniskan berdasar sifat instrisiknya, daripada hal yang bisa berubah -- seperti dinamika orbit.
“Dinamika orbit tidak konstan, mereka terus berubah. Jadi, itu seharusnya bukan deskripsi mendasar dari planet,” kata Metzger.
Dengan adanya studi terbaru ini, perdebatan tentang status Pluto sepertinya akan terus berlangsung. Hingga saat ini, pihak IAU belum memberikan tanggapan mereka.
No comments:
Post a Comment