uli 1969, merupakan ekspedisi pertama manusia tiba di Bulan dalam misi Apollo 11. Sejak saat itu, manusia mulai berambisi untuk memperluas cakupan tapak kakinya lewat berbagai misi.
Berdasarkan rilis terbaru NASA, mereka berencana untuk membuat projek pembangunan pos singgah di Bulan pada 2024 hingga 2025. Rencananya, projek yang disebut Lunar Gateway ini menjadi batu loncatan manusia untuk menapakan kakinya ke Mars.
Melansir SciTechDaily, Gateway NASA juga akan menjawab kekhawatiran para astronom terkait perjalanan luar angkasa, yakni lewat pengukuran tingkat radiasi di dalam pesawat antariksa dengan berbagai detektor yang canggih.
Sebab, radiasi luar angkasa adalah yang menjadi perhatian utama untuk kesehatan, keselamatan, dan keberhasilan awak selama misi eksplorasi, karena dapat menyebabkan risiko kesheatan yang cukup besar untuk para astronot.
"Menerbangkan muatan sains ini ke dalam Gateway adalah langkah signifikan yang memungkinkan para peneliti dan insinyur untuk memahami seberapa baik pesawat antariksa dapat melindungi astronot ketika tinggal di luar angkasa," kata Dina Contella, manager for Gateway Mission Integration and Utilization, Minggu (25/04/2021).
Paparan partikel di luar atmosfer dan medan magnet Bumi dapat berdampak pada kesehatan seperti peningkatan risiko kanker, perubahan fungsi dan perilaku motorik, dan efek jaringan degeneratif.
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang kerap disanggahi manusia selama 20 tahun itu masih berada di orbit rendah bumi. Sehingga risiko terpapar radiasi masih rendah. Berbeda dengan perjalanan panjang untuk dilakukan ke Bulan atau Mars.
Oleh karena itu, Contella menjelaskan, Gateway akan mendukung program Artemis yang akan membawa manusia ke Bulan dalam beberapa waktu dekat ini. Hal ini bisa berfungsi sebagai titik persiapan manusia untuk menjelajahi luar angkasa.
Selain Artemis, pihak Gateway NASA bergandengan dengan banyak badan antariksa mancanegara dan perusahaan swasta, seperti ESA dan SpaceX.
Misalnya, alat pengukur radiasi dan data itu disediakan oleh Internal Dosimeter Array (IDA) yang dibangun ESA dengan Instrumen tambahannya yang juga dibuat oleh Japanese Exploration Space Agency (JAXA). Sumber ilmiah radiasinya akan digabung dari semua badan antariksa, termasuk Canadian Space Agency (CSA).
IDA akan berperan untuk mengeavulasi seberapa baik struktur modul Gateway melindungi bagian dalam kabin untuk bisa dihuni.
"Ini merupakan peluang luar biasa untuk bekerja bersama mitra internasional Gateway untuk mendapatkan jenis data radiasi ini di luar angkasa," kata Lisa Carnell, ilmuwan NASA sekaligus IDA International Partner Project Science Coordinator.
Seperti halnya Artemis, Gateway rencananya akan menjadi misi yang inklusif dengan berkomitmen menempatkan wanita dan orang kulit berwarna pertama di bulan, ujar Dan Hartman, manajer program Gateway.
Dalam forum wawancara Vice, ia berujar, "Kepemimpinan perempuan di tempat kerja kami itu wajar. Itu lumrah. Kami tinggal memilih yang terbaik dari sekian yang memenuhi kriteria itu (memimpin eksplorasi)."
“Kami dapat membayangkan Gateway jangka panjang ketika kami akan memiliki habitat transportasi potensial yang melekat pada Gateway-- tempat Anda belajar bagaimana hidup dan bekerja untuk jangka waktu yang lama di sekitar Bulan," tambah Lara Kearney, wakil manajer program Gateway di forum yang sama.
"Tempat di mana kita relatif lebih dekat dengan rumah (Bumi), sebelum mengambil perjalanan tiga tahun ke Mars," lanjutnya.
No comments:
Post a Comment