Monday, October 17, 2022

Dunia Hewan: CIA Ingin Membangkitkan Mamut Berbulu dari Kepunahan


Badan Intelejen Amerika Serikat CIA dilaporkan telah menjadi investor terbaru di Colossal Biosciences, sebuah perusahaan yang ingin membawa mamut berbulu dan harimau Tasmania kembali dari kepunahan menggunakan pengeditan DNA.

CIA mendanai penelitian untuk menghidupkan kembali hewan yang punah, termasuk mamut berbulu dan harimau Tasmania, menurut laporan tersebut

Seperti diketahui, mamut berbulu yang memiliki nama latin Mammuthus primigenius ini memiliki tubuh besar seperti gajah modern saat ini. Bedanya, seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu lebat dan memiliki gading yang cukup panjang.

Spesis mamut ini pada mulanya dicatat sekitar 150.000 tahun yang muncul di zaman es di Eurasia (lempeng benua Eropa dan Asia masih menyatu).

Ketika sebagian besar Mammuthus primigenius punah di akhir kala Pleistosen (12.000 tahun silam), sejumlah kelompok kecil berhasil selamat di Pulau Wrangel yang terletak di Samudra Arktika hingga sekitar 1700 SM.

Kemungkinan disebabkan terbatasnya pasokan makanan yang tersedia, hewan-hewan ini mengalami adaptasi sehingga ukuran tubuhnya semakin mengecil dari jenis Mammuthus primigenius yang asli di kala Pleistosen.

Melalui perusahaan investasi modal ventura bernama In-Q-Tel, yang didanai CIA, badan intelijen Amerika, telah menjanjikan uang kepada perusahaan teknologi yang berbasis di Texas, Colossal Biosciences.

Menurut situs web Colossal Biosciences, tujuan perusahaan adalah untuk "melihat guntur mamut berbulu di tundra sekali lagi" melalui penggunaan rekayasa genetika, yaitu, menggunakan teknologi untuk mengedit DNA organisme.

Colossal Biosciences juga menyatakan minatnya untuk membangkitkan harimau Tasmania yang punah—Hewan berkantung mirip serigala tersebut sudah punah pada tahun 1930-an—serta burung dodo yang telah punah.

Untuk bagian mereka, CIA kurang tertarik pada mamut yang menggelegar dan harimau Tasmania yang mengaum dibandingkan dengan teknologi rekayasa genetika yang ingin dikembangkan oleh Colossal, menurut sebuah posting blog In-Q-Tel.

"Secara strategis, ini bukan tentang mamut dan lebih banyak tentang kemampuan," tulis pejabat senior In-Q-Tel dilansir Live Science.

Mengembalikan dari kepunahan mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah. Dan sampai batas tertentu, memang demikian. Tidak ada cara untuk mengembalikan mamut berbulu seperti sepuluh ribu tahun yang lalu.

Namun, dengan menggunakan alat pengeditan DNA, para ilmuwan dapat memasukkan karakteristik tahan dingin ke dalam urutan DNA gajah modern, membuat mereka secara genetik mirip dengan mamut berbulu.

Makhluk yang dihasilkan tidak akan menjadi mamut, sebaliknya, itu akan menjadi hewan proksi yang lebih seperti gajah dengan karakteristik seperti mamut. Artinya, gajah modern tetapi mewakili sifat-sifat mamut berbulu.

Dasar dari proses ini adalah metode pengeditan gen yang disebut CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) alias "gunting" genetik yang dapat digunakan para ilmuwan untuk memotong, menempel, dan mengganti urutan gen tertentu ke dalam DNA organisme. Seperti diketahui, beberapa peneliti di belakang CRISPR memenangkan Hadiah Nobel Kimia pada tahun 2020.

Menurut posting blog In-Q-Tel, berinvestasi dalam proyek ini akan membantu pemerintah AS untuk "menetapkan etika, serta standar teknologi" untuk teknologi rekayasa genetika. Kemudian juga membuat AS selangkah lebih maju dari negara-negara pesaing yang mungkin juga tertarik untuk membaca, menulis, dan mengubah kode genetik.

Tidak semua orang begitu optimis menggunakan alat rekayasa genetika untuk menghidupkan kembali hewan yang punah.

Para kritikus telah memperingatkan bahwa, bahkan jika sebuah perusahaan mampu merekayasa mamut proksi yang sehat, habitat alami mamut tidak lagi ada.

"Dan, bahkan jika itu terjadi, kode genetik tidak dapat mengajari hewan bagaimana berkembang dalam ekosistem yang tidak dikenal," menurut Gizmodo.

Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa uang yang dihabiskan untuk proyek-proyek mengembalikan dari kepunahan bisa lebih jauh jika diterapkan pada konservasi hewan hidup.

No comments:

Post a Comment