Attila sang Hun merupakan pemimpin suku Hun yang menjadi mimpi buruk bagi bangsa Romawi. Di tengah keterpurukan Kekaisaran Romawi, suku Hun datang menyerang. Kombinasi kekuatan Attila dan masalah-masalah yang menerpa Romawi, membuat suku Hun dengan mudah menaklukkan kekaisaran itu. Meski ia seorang pemimpin yang ditakuti, hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupannya. Penyebab kematian Attila sang Hun pun menjadi misteri hingga kini.
Attila sang pejuang yang jadi mimpi buruk bangsa Romawi
Sebagai pemimpin militer dari suku Hun, Attila mampu menyatukan beberapa suku pejuang untuk menciptakan pasukan besar. Pasukannya yang ganas akan menyapu, memusnahkan seluruh kota, dan mengeklaim wilayah untuk kepentingan mereka.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun, Attila berubah dari memimpin sekelompok suku nomaden menjadi memimpin Kekaisaran Hun. Pada saat kematiannya pada tahun 453 Masehi, kekaisarannya membentang dari Asia Tengah hingga Prancis modern dan Lembah Danube. Sementara prestasi Attila luar biasa, putra-putranya tidak dapat melanjutkan jejaknya. “Sepeninggal Attila, kekaisaran yang dibangunnya pun meredup dan perlahan menghilang,” tulis N.S. Gill di laman ThoughCo.
Attila berhasil menaklukkan sebagian Romawi berkat kekejamannya. Selain itu, ia juga membuat dan melanggar perjanjian yang telah disepakati. Ketika berhadapan dengan Romawi, Attila pertama-tama memaksa konsesi dari kota-kota dan kemudian menyerang mereka. Suku Hun kemudian meninggalkan kehancuran di belakangnya dan menjadikan para tahanan sebagai budak.
Misteri kematian Attila sang Hun
Seperti kehidupan pribadinya, penyebab kematiannya pun menjadi misteri.
Dalam salah satu bulan madu terburuk dalam sejarah, Attila sang Hun ditemukan tewas di ranjang pernikahannya. “Pagi hari setelah pernikahannya, ia ditemukan tewas bersimbah darah,” ungkap Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins. Pengantinnya yang cantik, Ildico, pun dituduh menjadi penyebab kematiannya.
Sedikit yang benar-benar diketahui tentang kehidupan dan kematian Attila sang Hun. Salah satu alasannya karena satu-satunya catatan tertulis dibuat oleh musuh-musuhnya. Di antara para penulis sejarah kuno ini adalah Priscus, seorang diplomat dan sejarawan Romawi. Priscus meninggalkan satu-satunya catatan saksi mata tentang Attila, pemimpin suku Hun. Dalam tulisannya, ia menggambarkan Atilla sebagai pengembara Eurasia yang bermigrasi ke Eropa pada abad ke-4 Masehi.
Konon Attila tidak pernah puas pada satu wanita saja. Priscus menuliskan tentang kisah istri pertama Attila, Kreka. Dari catatan Priscus pula diketahui tentang pernikahan pemimpin suku Hun itu dengan Ildico pada tahun 453.
Setelah menikmati malam pernikahan denga minuman keras, Attila tertidur. Ketika pengawalnya memasuki kamar pengantin keesokan harinya, mereka menemukannya berlumuran darah. Sang pengantin wanita yang malang menangis di sudut.
Banyak yang berusaha mencari penyebab kematiannya yang tiba-tiba. Beberapa pendapat termasuk keracunan alkohol atau Ildico membunuhnya atas perintah Kaisar Bizantium. Selain itu, mimisan menjadi penjelasan yang paling logis atas kematian mendadak Attila sang Hun. Karena mimisan, ia pun tersedak darahnya sendiri sehingga berakhir dengan kematian.
Tidak ada yang tahu di mana makam pemimpin suku Hun yang terkenal brutal itu
Mencoba mencari tahu persis bagaimana Attila sang Hun meninggal bukanlah satu-satunya misteri. Legenda mengatakan bahwa tubuhnya dimakamkan di dalam tiga peti mati, terbuat dari besi, perak, dan lapisan dalam emas. Peti mati tersebut penuh dengan harta karun.
Tersiar kabar bahwa para penguburnya kemudian dibunuh untuk memastikan keberadaannya tetap menjadi rahasia abadi. Dalam satu catatan, aliran Sungai Tisza dialihkan sementara untuk mengubur Attila di dasar sungai. Bahkan hingga saat ini, para pemburu harta karun terus memburu makam legendaris tersebut.
Menurut Priscus, pasukan Attila berduka atas kehilangan pemimpin mereka. Sebagai lambang duka, wajah mereka pun diolesi dengan darah. Menaiki kuda, mereka berputar-putar di sekitar kemah sambil membawa jasad pemimpinnya. Lokasi situs pemakaman, yang diyakini berada di suatu tempat di Hongaria, masih belum diketahui hingga hari ini.
Sama seperti kehidupan pribadinya, peristirahatannya yang terakhir pun menjadi rahasia yang tidak terkuak.
No comments:
Post a Comment